Monday, December 20, 2010

Tarekat Qadiriyah






Tumbuhnya tarekat dalam Islam sesungguhnya bersamaan dengan kelahiran agama Islam itu sendiri, yaitu sejak Nabi Muhammad saw diutus menjadi Rasul. Fakta sejarah menunjukkan bahawa peribadi Nabi Muhammad saw sebelum diangkat menjadi Rasul telah berulang kali melakukan tahannust dan khalwat di Gua Hira’ di samping untuk mengasingkan diri dari masyarakat Makkah yang sedang mabuk mengikuti hawa nafsu keduniaan. Tahhanust dan Khalwat nabi adalah untuk mencari ketenangan jiwa dan kebersihan hati dalam menempuh permasalahan dunia yang kompleks tersebut.


Proses khalwat nabi yang kemudian disebut tarekat tersebut sekaligus diajarkannya kepada Sayyidina Ali ra. sebagai cucunya. Dan dari situlah kemudian Ali mengajarkan kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya sampai kepada Syeikh Abdul Qodir Jaelani, sehingga tarekatnya dinamai Qadiriyah. Sebagaimana dalam salasilah tarekat Qadiriyah yang merujuk pada Ali dan Abdul Qadir Jaelani dan seterusnya adalah dari Nabi Muhammad saw, dari Malaikat Jibril dan dari Allah Swt.


Tarekat Qadiryah didirikan oleh Syeikh Abdul Qodir Jaelani (wafat 561 H/1166M) yang bernama lengkap Muhy al-Din Abu Muhammad Abdul Qodir ibn Abi Shalih Zango Dost al-Jaelani. Lahir di di Jilan tahun 470 H/1077 M dan wafat di Baghdad pada 561 H/1166 M. Dalam usia 8 tahun ia sudah meninggalkan Jilan menuju Baghdad pada tahun 488 H/1095 M. Karena tidak diterima belajar di Madrasah Nizhamiyah Baghdad, yang waktu itu dipimpin Ahmad al-Ghazali, yang menggantikan saudaranya Abu Hamid al-Ghazali. Tapi, al-Ghazali tetap belajar sampai mendapat ijazah dari gurunya yang bernama Abu Yusuf al-Hamadany (440-535 H/1048-1140 M) di kota yang sama itu sampai mendapatkan ijazah.
Pada tahun 521 H/1127 M, dia mengajar dan berfatwa dalam semua madzhab pada masyarakat sampai dikenal masyarakat luas. Selama 25 tahun Abdul Qadir Jaelani menghabiskan waktunya sebagai pengembara sufi di Padang Pasir Iraq dan akhirnya dikenal oleh dunia sebagai tokoh sufi besar dunia Islam. Selain itu dia memimpin madrasah dan ribath di Bagdad yang didirikan sejak 521 H sampai wafatnya di tahun 561 H. Madrasah itu tetap bertahan dengan dipimpin anaknya Abdul Wahab (552-593 H/1151-1196 M), diteruskan anaknya Abdul Salam (611 H/1214 M). Juga dipimpinan anak kedua Abdul Qadir Jaelani, Abdul Razaq (528-603 H/1134-1206 M), sampai hancurnya Bagdad pada tahun 656 H/1258 M.



Sejak itu tarekat Qadiriyah terus berkembang dan berpusat di Iraq dan Syria yang diikuti oleh jutaan umat yang tersebar di Yaman, Turki, Mesir, India, Afrika dan Asia. Namun meski sudah berkembang sejak abad ke-13, tarekat ini baru terkenal di dunia pada abad ke 15 M. Di India misalnya baru berkembang setelah Muhammad Ghawsh (w 1517 M) juga mengaku keturunan Abdul Qodir Jaelani. Di Turki oleh Ismail Rumi (w 1041 H/1631 M) yang diberi gelar (mursyid kedua). Sedangkan di Makkah, tarekat Qodiriyah sudah berdiri sejak 1180 H/1669 M.


Tarekat Qadiriyah ini dikenal luas. Yaitu bila murid sudah mencapai darjat syeikh, maka murid tidak mempunyai suatu keharusan untuk terus mengikuti tarekat gurunya. Bahkan dia berhak melakukan modifikasi tarekat yang lain ke dalam tarekatnya. Hal itu seperti tampak pada ungkapan Abdul Qadir Jaelani sendiri,”Bahawa murid yang sudah mencapai darjat gurunya, maka dia jadi mandiri sebagai syeikh dan Allah-lah yang menjadi walinya untuk seterusnya.”


Mungkin kerana  itu, sehingga terdapat puluhan tarekat yang masuk dalam kategori Qadiriyah di dunia Islam. Seperti Banawa yang berkembang pada abad ke-19, Ghawtsiyah (1517), Junaidiyah (1515 M), Kamaliyah (1584 M), Miyan Khei (1550 M), Qumaishiyah (1584), Hayat al-Mir, semuanya di India. Di Turki terdapat tarekat Hindiyah, Khulusiyah, Nawshahi, Rumiyah (1631 M), Nabulsiyah, Waslatiyyah. Dan di Yaman ada tarekat Ahdaliyah, Asadiyah, Mushariyyah, ‘Urabiyyah, Yafi’iyah (718-768 H/1316 M) dan Zayla’iyah. Sedangkan di Afrika terdapat tarekat Ammariyah, Bakka’iyah, Bu’ Aliyya, Manzaliyah dan tarekat Jilala, nama yang biasa diberikan masyarakat Maroko kepada Abdul Qodir Jilani. Jilala dimasukkan dari Maroko ke Spanyol dan diduga setelah keturunannya pindah dari Granada, sebelum kota itu jatuh ke tangan Kristen pada tahun 1492 M dan makam mereka disebut “Syurafa Jilala”.


Dari ketaudanan nabi dan sabahat Ali ra dalam mendekatkan diri kepada Allah swt tersebut, yang kemudian disebut tarekat, maka tarekat Qadiriyah menurut ulama sufi juga memiliki tujuan yang sama. Yaitu untuk mendekat dan mendapat ridho dari Allah swt. Oleh sebab itu dengan tarekat manusia harus mengetahui hal-ikhwal jiwa dan sifat-sifatnya yang baik dan terpuji untuk kemudian diamalkan, maupun yang tercela yang harus ditinggalkannya.


Misalnya dengan mengucapkan kalimat tauhid, dzikir “Laa ilaha Illa Allah” dengan suara nyaring, keras (dhahir) yang disebut (nafi istbat) adalah contoh ucapan dzikir dari Syiekh Abdul Qadir Jaelani dari Sayidina Ali bin Abi Thalib ra, hingga disebut tarekat Qodiriyah. Selain itu dalam setiap selesai melaksanakan shalat lima waktu (Dhuhur, Asar, Maghrib, Isya’ dan Subuh), diwajibkan membaca istighfar tiga kali atau lebih , lalu membaca salawat tiga kali, Laailaha illa Allah 165 (seratus enam puluh lima) kali. Sedangkan di luar shalat agar berdzikir semampunya.



Dalam mengucapkan lafadz Laa pada kalimat “Laa Ilaha Illa Allah” kita harus konsentrasi dengan menarik nafas dari perut sampai ke otak.
Kemudian disusul dengan bacaan Ilaha dari arah kanan dan diteruskan dengan membaca Illa Allah ke arah kiri dengan penuh konsentrasi, menghayati dan merenungi arti yang sedalam-dalamnya, dan hanya Allah swt-lah tempat manusia kembali. Sehingga akan menjadikan diri dan jiwanya tentram dan terhindar dari sifat dan perilaku yang tercela.
Menurut ulama sufi (al-Futuhat al-Rubbaniyah), melalui tarekat mu’tabarah tersebut, setiap muslim dalam mengamalkannya akan memiliki keistimewaan, kelebihan dan karomah masing-masing. Ada yang terkenal sebagai ahli ilmu agama seperti sahabat Umar bin Khattab, ahli syiddatil haya’ sahabat Usman bin Affan, ahli jihad fisabilillah sahabat Hamzah dan Khalid bin Walid, ahli falak Zaid al-Farisi, ahli syiir Hasan bin Tsabit, ahli lagu Alquran sahabat Abdillah bin Mas’ud dan Ubay bin Ka’ab, ahli hadis Abi Hurairah, ahli adzan sahabat Bilal dan Ibni Ummi Maktum, ahli mencatat wahyu dari Nabi Muhammad saw adalah sahabat Zaid bin Tsabit, ahli zuhud Abi Dzarr, ahli fiqh Mu’ad bin Jabal, ahli politik peperangan sahabat Salman al-Farisi, ahli berdagang adalah Abdurrahman bin A’uf dan sebagainya.

Bai’at
Untuk mengamalkan tarekat tersebut melalui tahapan-tahan seperti pertama, adanya pertemuan guru (syeikh) dan murid, murid mengerjakan salat dua rakaat (sunnah muthalaq) lebih dahulu, diteruskan dengan membaca surat al-Fatihah yang dihadiahkan kepada Nabi Muhammad saw. Kemudian murid duduk bersila di depan guru dan mengucapkan istighfar, lalu guru mengajarkan lafadz Laailaha Illa Allah, dan guru mengucapkan “infahna binafhihi minka” dan dilanjutkan dengan ayat mubaya’ah (QS Al-Fath 10). Kemudian guru mendengarkan kalimat tauhid (Laa Ilaha Illallah) sebanyak tiga kali sampai ucapan sang murid tersebut benar dan itu dianggap selesai. Kemudian guru berwasiat, membaiat sebagai murid, berdoa dan minum.

Kedua, tahap perjalanan. Tahapan kedua ini memerlukan proses panjang dan bertahun-tahun. Karena murid akan menerima hakikat pengajaran, ia harus selalu berbakti, menjunjung segala perintahnya, menjauhi segala larangannya, berjuang keras melawan hawa nafsunya dan melatih dirinya (mujahadah-riyadhah) hingga memperoleh dari Allah seperti yang diberikan pada para nabi dan wali.
Tarekat (thariqah) secara harfiah berarti “jalan” sama seperti syariah, sabil, shirath dan manhaj. Yaitu jalan menuju kepada Allah guna mendapatkan ridho-Nya dengan mentaati ajaran-ajaran-Nya. Semua perkataan yang berarti jalan itu terdapat dalam Alquran, seperti QS Al-Jin:16,” Kalau saja mereka berjalan dengan teguh di atas thariqah, maka Kami (Allah) pasti akan melimpahkan kepada mereka air (kehidupan sejati) yang melimpah ruah”.
Istilah thariqah dalam perbendaharaan kesufian, merupakan hasil makna semantik perkataan itu, semua yang terjadi pada syariah untuk ilmu hukum Islam. Setiap ajaran esoterik/bathini mengandung segi-segi eksklusif. Jadi, tak bisa dibuat untuk orang umum (awam). Segi-segi eksklusif tersebut misalnya menyangkut hal-hal yang bersifat “rahasia” yang bobot kerohaniannya berat, sehingga membuatnya sukar dimengerti. Oleh sebab itu mengamalkan tarekat itu harus melalui guru (mursyid) dengan bai’at dan guru yang mengajarkannya harus mendapat ijazah, talqin dan wewenang dari guru tarekat sebelumnya. Seperti terlihat pada silsilah ulama sufi dari Rasulullah saw, sahabat, ulama sufi di dunia Islam sampai ke ulama sufi di Indonesia.
Qadiriyah di Indonesia
Seperti halnya tarekat di Timur Tengah. Sejarah tarekat Qadiriyah di Indonesia juga berasal dari Makkah al-Musyarrafah. Tarekat Qodiriyah menyebar ke Indonesia pada abad ke-16, khususnya di seluruh Jawa, seperti di Pesantren Pegentongan Bogor Jawa Barat, Suryalaya Tasikmalaya Jawa Barat, Mranggen Jawa Tengah, Rejoso Jombang Jawa Timur dan Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur. Syeikh Abdul Karim dari Banten adalah murid kesayangan Syeikh Khatib Sambas yang bermukim di Makkah, merupakan ulama paling berjasa dalam penyebaran tarekat Qadiriyah. Murid-murid Sambas yang berasal dari Jawa dan Madura setelah pulang ke Indonesia menjadi penyebar Tarekat Qadiriyah tersebut.


Tarekat ini mengalami perkembangan pesat pada abad ke-19, terutama ketika menghadapi penjajahan Belanda. Sebagaimana diakui oleh Annemerie Schimmel dalam bukunya “Mystical Dimensions of Islam” hal.236 yang menyebutkan bahwa tarekat bisa digalang untuk menyusun kekuatan untuk menandingi kekuatan lain. Juga di Indonesia, pada Juli 1888, wilayah Anyer di Banten Jawa Barat dilanda pemberontakan. Pemberontakan petani yang seringkali disertai harapan yang mesianistik, memang sudah biasa terjadi di Jawa, terutama dalam abad ke-19 dan Banten merupakan salah satu daerah yang sering berontak.
Tapi, pemberontakan kali ini benar-benar mengguncang Belanda, karena pemberontakan itu dipimpin oleh para ulama dan kiai. Dari hasil penyelidikan (Belanda, Martin van Bruneissen) menunjukkan mereka itu pengikut tarekat Qadiriyah, Syeikh Abdul Karim bersama khalifahnya yaitu KH Marzuki, adalah pemimpin pemberontakan tersebut hingga Belanda kewalahan. Pada tahun 1891 pemberontakan yang sama terjadi di Praya, Lombok Tengah Nusa Tenggara Barat (NTB) dan pada tahun 1903 KH Khasan Mukmin dari Sidoarjo Jatim serta KH Khasan Tafsir dari Krapyak Yogyakarta, juga melakukan pemberontakan yang sama.
Sementara itu organisasi agama yang tidak bisa dilepaskan dari tarekat Qadiriyah adalah organisasi terbesar Islam Nahdlaltul Ulama (NU) yang berdiri di Surabaya pada tahun 1926. Bahkan tarekat yang dikenal sebagai Qadariyah Naqsabandiyah sudah menjadi organisasi resmi di Indonesia.
Juga pada organisasi Islam Al-Washliyah dan lain-lainnya. Dalam kitab Miftahus Shudur yang ditulis KH Ahmad Shohibulwafa Tadjul Arifin (Mbah Anom) di Pimpinan Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya Jabar dalam silsilah tarekatnya menempati urutan ke-37, sampai merujuk pada Nabi Muhammad saw, Sayyidina Ali ra, Abdul Qadir Jilani dan Syeikh Khatib Sambas ke-34.
Sama halnya dengan silsilah tarekat almrhum KH Mustain Romli, Pengasuh Pesantren Rejoso Jombang Jatim, yang menduduki urutan ke-41 dan Khatib Sambas ke-35. Bahwa beliau mendapat talqin dan baiat dari KH Moh Kholil Rejoso Jombang, KH Moh Kholil dari Syeikh Khatib Sambas ibn Abdul Ghaffar yang alim dan arifillah (telah mempunyai ma’rifat kepada Allah) yang berdiam di Makkah di Kampung Suqul Lail.





Salasilahnya.
1. M Mustain Romli, 2, Usman Ishaq, 3. Moh Romli Tamim, 4. Moh Kholil, 5. Ahmad Hasbullah ibn Muhammad Madura, 6. Abdul Karim, 7. Ahmad Khotib Sambas ibn Abdul Gaffar, 8. Syamsuddin, 9. Moh. Murod, 10. Abdul Fattah, 11. Kamaluddin, 12. Usman, 13. Abdurrahim, 14. Abu Bakar, 15. Yahya, 16. Hisyamuddin, 17. Waliyuddin, 18. Nuruddin, 19. Zainuddin, 20. Syarafuddin, 21. Syamsuddin, 22. Moh Hattak, 23. Syeikh Abdul Qadir Jilani, 24. Ibu Said Al-Mubarak Al-Mahzumi, 25. Abu Hasan Ali al-Hakkari, 26. Abul Faraj al-Thusi, 27. Abdul Wahid al-Tamimi, 28. Abu Bakar Dulafi al-Syibli, 29. Abul Qasim al-Junaid al-Bagdadi, 30. Sari al-Saqathi, 31. Ma’ruf al-Karkhi, 32. Abul Hasan Ali ibn Musa al-Ridho, 33. Musa al-Kadzim, 34. Ja’far Shodiq, 35. Muhammad al-Baqir, 36. Imam Zainul Abidin, 37. Sayyidina Husein, 38. Sayyidina Ali ibn Abi Thalib, 39. Sayyidina Nabi Muhammad saw, 40. Sayyiduna Jibril dan 41. Allah Swt. Masalah silsilah tersebut memang berbeza satu sama lain, karena ada yang disebut seecara keseluruhan dan sebaliknya. Di samping berbeza pula guru di antara para kiai itu sendiri.Wallahualam.



Sumber Rujukan: http://sufimuda.wordpress.com/2008/10/06/tarekat-qadiriyah/

Friday, December 17, 2010

Salahuddin Al-Ayubi: Penakluk Baitulmaqdis





''Sesiapa yang menakluk Palestin (Bailtulmaqdis) maka mereka menguasai dunia.."


Assalamualaikum, salam sejahtera. Kali ini mari kita mengimbas kembali kehidupan seorang insan mulia yang namanya tersohor dalam sejarah Islam dan peradaban dunia, sebagai seorang penakluk yang gagah dan berwibawa, dan seorang hamba Allah yang Soleh.


SALAHUDDIN al-Ayubi dilahirkan pada 532 Hijrah bersamaan 1138 Masihi di Kota Tarkit iaitu bahagian Tebing Barat Sungai Tigris, terletak di antara Mosul dan Baghdad.


Perang Hutain yang dipimpin oleh Salahuddin al-Ayubbi telah membuka ruang kepada pembebasan bandar al-Quds. Jumlah tentera Islam ialah 12 000 orang sementara tentera salib 50 000 orang. Jumlah tentera Islam dalam pembebasan Baitul Maqdis pula tidak sampai 12 000 orang sementara pihak tentera salib 60 000 orang. Dengan izin Allah kumpulan yang kecil itu telah mencapai kemenangan.


Sepanjang hidupnya, Salahuddin Al-Ayubi mempersembahkan seluruh kehidupannya kepada Allah dan perjuangan fisabilillah. Semasa berjihad Salahuddin al-Ayyubi selalu membawa sebuah peti tertutup yang amat dijaganya. Orang terdekat menyangka terdapat berbagai batu permata dan benda berharga tersembunyi di dalamnya. Tetapi selepas wafatnya apabila peti dibuka maka yang ditemui hanyalah sehelai surat wasiat dan kain kafan yang dibeli dari titik peluhnya sendiri dan sedikit tanah.


Apabila surat itu dibuka tertulis " Kafankanlah aku dengan kain kafan yang pernah dibasahi air zam-zam ini, yang pernah mengunjungi kaabah yang mulia dan makam Rasulullah s.a.w. Tanah ini ialah sisa-sisa masa perang, buatkanlah darinya ketulan untuk alas kepalaku di dalam kubur"


Dari tanah tersebut dapat dibuat 12 ketulan tanah yang hari ini terletak di bawah kepala Salahuddin al-Ayyubi. Setiap kali Salahuddin al-Ayyubi kembali dari berperang yang dimasuki bertujuan berjihad kepada Allah, beliau akan berusaha mengumpulkan tanah-tanah yang melekat pada muka dan pakaiannya dan meletakkannya di dalam peti rahsia itu. Beliau telah berjaya mengumpulkan tanah yang boleh dibuat 12 ketulan, kiralah berapa banyak pertempuran yang dihadapinya kerana berjihad bagi menegakkan kalimah Allah!!






Ketika hayatnya, beliau lebih banyak berada di khemah perang daripada duduk di istana bersama keluarga. Siapa saja yang menggalakkannya berjihad akan mendapat kepercayaannya. Apabila hendak memulakan jihad melawan tentera salib, beliau akan menumpukan seluruh perhatiannya kepada persiapan perang dan menaikkan semangat tentera.


Di medan perang, beliau bagaikan seorang ibu garang kehilangan anak tunggal. Beliau bergerak dari satu hujung medan peperangan ke hujung yang lain untuk mengingatkan tenteranya supaya benar-benar berjihad di jalan Allah.


Beliau juga akan pergi ke seluruh pelosok tanah air dengan mata yang berlinangan mengajak manusia supaya bangkit membela Islam. Bagi memperkukuhkan tentera Islam, Salahuddin meminta negara Islam diurus di bawah satu pemerintahan. Walaupun cadangannya tidak dipersetujui sesetengah pihak termasuk pemimpin Syria, cita-cita Salahuddin itu termakbul.


Dalam bulan Zulkaedah 570 Hijrah (Mei 1175 Masihi), khalifah Abbasiyyah mengisytiharkan Salahuddin al-Ayubi sebagai Sultan Mesir dan menggelarkan dirinya sebagai Sultan al-Islam wa al-Muslimin. Pada tahun itu juga beliau membina kota pertahanan di Kaherah.Pada tahun 583 Hijrah (1187 Masihi) berlaku Perang Salib kedua, yang juga dikenali sebagai Perang Hittin. Peperangan ini dipimpin sendiri oleh Salahuddin al-Ayubi hingga membuka jalan mudah untuk menawan kembali Baitulmaqdis.






Pada tahun 588 Hijrah (1192 Masihi) berlaku Perang Salib ketiga, hasil dendam dan kekecewaan golongan pembesar Kristian. Mereka berusaha merampas semula Baitulmaqdis daripada orang Islam. Walaupun perang Salib yang ketiga itu menggabungkan seluruh kekuatan negara Kristian, mereka tidak mampu menggugat kekuatan tentera Salahuddin al-Ayubi.


Pihak Kristian mengalami kekalahan dan ramai tentera terbunuh dan tertawan. Baitulmaqdis yang dikuasai orang Kristian selama 88 tahun, dapat ditakluki semula oleh Salahuddin al-Ayubi. Lane-Poole (penulis Barat) mengesahkan, kebaikan hati Salahuddin mencegahnya daripada membalas dendam. Beliau menulis bahawa Salahuddin menunjukkan ketinggian akhlaknya ketika orang Kristian menyerah kalah. Tenteranya sangat bertanggungjawab, menjaga peraturan di setiap jalan, mencegah segala bentuk kekerasan sehingga tidak ada kedengaran orang Kristian dianiaya.






Selanjutnya Lane-Poole menuliskan mengenai tindak-tanduk tentera Kristian ketika menawan Baitulmaqdis kali pertama pada 1099. Tercatat dalam sejarah bahawa ketika Godfrey dan Tancred menunggang kuda di jalan-jalan Jerusalem, jalan itu dipenuhi mayat, orang Islam yang tidak bersenjata diseksa, dibakar dan dipanah dari jarak dekat di atas bumbung dan menara rumah ibadat. Darah membasahi bumi yang mengalir daripada pembunuhan orang Islam secara beramai-ramai. Ia juga mencemarkan kesucian gereja yang sebelumnya mengajar sifat berkasih sayang. Orang Kristian sangat bertuah apabila mereka dilayan dengan baik oleh Salahuddin.






Beliau meninggal dunia pada 27 Safar 589 Hijrah (1193 Masihi) pada usia 55 tahun di Damsyik, Syria slepas memerintah selama 25 tahun. Beliau sakit selama 14 hari sebelum menghembuskan nafas terakhir. Pernah satu ketika, Salahuddin Al-Ayyubi menyuruh wazirnya balutkan tubuh dia dengan kain kafan tapi Salahuddin Al-Ayyubi pesan supaya tangannya dibiarkan terbuka. Wazirnya menjawab "Aku tidak sanggup melakukannya". Kata Salahuddin Al-Ayyubi, "Kalau begitu, engkau lakukannya di saat aku mati nanti. Sampai waktunya yang telah ditetapkan, Salahuddin menghembuskan nafas yang terakhir. Wazirnya melaksanakan pesan Salahuddin Al-Ayyubi. Seluruh tubuhnya dibalut dengan kain kafan kecuali tangannya dibiarkan terbuka. 


Semasa jenazah diusung, ramai la yang melihat tangan Salahuddin Al-Ayyubi tak berbalut. Mereka bertanya kepada wazir Salahuddin Al-Ayyubi "Kenapa engkau biarkan tangannya dibiarkan terbuka?" Jawab wazir tersebut, "Baru kini aku mengerti. Salahuddin Al-Ayyubi ingin menunjukkan bahawa tiada ada apa yang akan dibawa ketika mati nanti." 






Begitulah kesudahan kisah hidup seorang pemimpin, panglima perang dan hamba Allah yang terlalu berjasa kepada tertegaknya syiar Islam di atas muka bumi Allah ini. Semoga dirinya dan para syuhada dirahmati Allah dan mendapat balasan syurga yang telah dijanjikan. Wallahualam.













Thursday, December 9, 2010

5 Syarat Untuk Melakukan Maksiat!






Suatu hari ada seorang lelaki yang menemui Ibrahim bin Adham. Dia berkata, “Wahai Aba Ishak! Selama ini aku gemar bermaksiat. Tolong berikan aku nasihat.”


Setelah mendengar perkataan tersebut Ibrahim berkata, “Jika kamu mahu menerima lima syarat dan mampu melaksanakannya, maka bolehlah kamu melakukan maksiat.”

Lelaki itu dengan tidak sabar-sabar bertanya, “Apakah syarat-syarat itu, wahai Aba Ishak?”

Ibrahim bin Adham berkata, “Syarat pertama, jika kamu bermaksiat kepada Allah, jangan memakan rezekinya.”
Mendengar itu dia mengenyitkan kening seraya berkata, “Dari mana aku mahu makan? Bukankah semua yang ada di bumi ini rezeki Allah?”
“Ya!” tegas Ibrahim bin Adham. “Kalau kamu sudah memahaminya, masih mampukah memakan rezekinya, sedangkan kamu selalu berkeinginan melanggar laranganNya?”

“Yang kedua,” kata Ibrahim, “Kalau mahu bermaksiat, jangan tinggal di bumiNya!”
Syarat ini membuat lelaki itu terkejut setengah mati. Ibrahim kembali berkata kepadanya, “Wahai Abdullah, fikirkanlah, apakah kamu layak memakan rezekiNya dan tinggal di bumiNya, sedangkan kamu melanggar segala laranganNya?”
“Ya! Anda benar.” kata lelaki itu.


Dia kemudian menanyakan syarat yang ketiga. Ibrahim menjawab, “Kalau kamu masih mahu bermaksiat, carilah tempat tersembunyi yang tidak dapat terlihat olehNya!”
Lelaki itu kembali terperanjat dan berkata, “Wahai Ibrahim, ini nasihat macam mana? Mana mungkin Allah tidak melihat kita?”
“Ya, kalau memang yakin demikian, apakah kamu masih berkeinginan melakukan maksiat?” kata Ibrahim.

Lelaki itu mengangguk dan meminta syarat yang keempat. Ibrahim melanjutkan, “Kalau malaikat maut datang hendak mencabut rohmu, katakanlah kepadanya; Ketepikan kematianku dulu. Aku masih mahu bertaubat dan melakukan amal soleh.”
Kemudian lelaki itu menggelengkan kepala dan segera tersedar, “Wahai Ibrahim, mana mungkin malaikat maut akan memenuhi permintaanku?”
“Wahai Abdullah, kalau kamu sudah meyakini bahawa kamu tidak boleh menunda dan mengundurkan datangnya kematianmu, lalu bagaimana engkau boleh lari dari kemurkaan Allah?”


“Baiklah, apa syarat yang kelima?”
Ibrahim pun menjawab, “Wahai Abdullah kalau malaikat Zabaniyah datang hendak mengiringmu ke api neraka di hari kiamat nanti, jangan engkau ikut bersamanya.”
Perkataan tersebut membuat lelaki itu insaf. Dia berkata, “Wahai Aba Ishak, sudah pasti malaikat itu tidak membiarkan aku menolak kehendaknya.”
Dia tidak tahan lagi mendengar perkataan Ibrahim. Air matanya bercucuran. “Mulai saat ini aku bertaubat kepada Allah.” katanya sambil terisak-isak.


Wallahualam..

Sejarah dan Peristiwa di Sebalik Hari







Allah S.W.T telah menciptakan 7 hari dalam seminggu yakni Isnin, Selasa, Rabu, Khamis, Jumaat, Sabtu dan juga Ahad. Tapi tahukah kita bahawa disebalik hari-hari tersebut terkandung seribu satu macam kisah dan peristiwa yang ada antaranya amat penting dalam kehidupan kita sebagai seorang Muslim?Mari kita renungkan sepintas lalu:


Hari Isnin
1. Naiknya Nabi Idris ke langit.
2. Nabi Musa a.s berangkat ke bukit Thursina.
3. Rasulullah s.a.w dilahirkan.
4. Malaikat Jibril turun kepada Rasulullah s.a.w buat kali pertama.
5. Amal perbuatan umat Nabi Muhamad dilapurkan pada hari Isnin.
6. Hari wafatnya Junjungan mulia, Nabi Muhamad s.a.w.
7. Bukti keesaan Allah, diturunkan “Qul huwallahu ahad” yakni Surah Al-Ikhlas



Hari Selasa 
1. Wafatnya Jurjis.
2. Nabi Yahya a.s wafat pada hari ini.
3. Nabi Zakaria wafat pada hari ini juga.
4. Tukang sihir Firaun tewas dengan mukjizat Nabi Musa.
5. Asiah iaitu isteri kepada Firaun wafat pada hari ni.
6. Habil terbunuh hari selasa.



Hari Rabu
1. Allah menenggelamkan Qarun bersama keluarga dan harta kekayaanya ke dalam perut bumi.
2. Allah menghancurkan Firaun beserta semua pengikut2nya.
3. Allah menghancurkan Raja Namruz bin Kan’an dengan memasukkan serangga ke dalam telinganya.
4. Allah menghancurkan kaum Nabi Saleh a.s.
5. Allah menghancurkan kaum Nabi Hud a.s dengan hembusan angin yang kuat.



Hari Khamis
1. Nabi Ibrahim bertemu dengan Raja Mesir.
2. Saudara-saudara Nabi Yusof berjumpa dengan Nabi Yusof setelah mereka membuang dan mengasingkannya (masa ni, Yusof jadi raja mesir yang terkenal).
3. Bunyamin iaitu saudara kecil Nabi Yusof datang ke Mesir dan berjumpa dengan Nabi Yusof.
4. Nabi Yaakub datang ke negeri Mesir juga untuk bertemu anakandanya yang dirindui.
5. Nabi Musa a.s memasuki Mesir pada hari khamis untuk mengajak Firaun menyembah kepada Allah.
6. Rasululllah s.a.w memasuki Kota Mekah selepas perjanjian hudaibiyah.



Hari Jumaat
1. Pernikahan antara Nabi Adam dan Hawa.
2. Pernikahan antara Nabi Yusof dengan Zulaikha.
3. Pernikahan antara Nabi Musa a.s dan Shafura binti Nabi Syuaib a.s.
4. Pernikahan antara Rasulullah s.a.w dengan Khadijah Khuwailid.
5. Pernikahan antara Nabi Sulaiman a.s dengan Ratu Balqis dari negeri Saba’.
6. Pernikahan antara Rasulullah s.a.w dengan Siti Aisyah binti Abu Bakar.
7. Pernikahan antara Ali bin Abi Talib r.a dengan Fatimah Az-Zahra.



Hari Sabtu 
Hari ni pernah disebut oleh Rasulullah sebagai hari tipu daya kerana:
1. Kaum Nabi Nuh membangkang kepada Nabinya.
2. Kaum Nabi Saleh mencabar Nabinya dengan menyembelih unta yang diamanahkan kepada mereka.
3. Saudara-saudara Nabi Yusof mengkhianati Nabi Yusof dengan mencampakkannya ke dalam perigi di padang pasir.
4. Raja Firaun mencabar Nabi Musa.
5. Orang2 Yahudi mengkhianati dan mengejar Nabi Isa a.s untuk membunuhnya. Lalu, Allah mengangkat Nabi Isa ke langit.
6. Orang2 Quraisy menipu dan mencabar Nabi Muhammad di Darun Nadwah.
7. Kaum Yahudi melanggar perintah Allah dengan menangkap ikan walaupun hari itu di larang mereka berbuat demikian.



Hari Ahad
1. Allah menjadikan neraka.

2. Allah mencipta bumi yang tujuh lapis.
3. Allah mencipta langit yang tujuh lapis.
4. Allah menjadikan 7 anggota adam.
5. Allah menjadikan bilangan hari yang tujuh.
6. Allah menjadikan bintang2 yang beredar.
7. Allah menjadikan lautan yang tujuh.



Setiap hari ini mempunyai pelbagai fadilat dan keistimewaan tersendiri contohnya hari Jumaat yang disebut penghulu segala hari. Sudah pasti terdapat banyak lagi peristiwa dan sejarah yang terkandung disebalik hari-hari dalam seminggu ini, namun buat masa ini sekadar ini yang mampu kita kongsi untuk renungan bersama.Wallahualam




-Terima kasih kepada saudara penulis blog www.zihan.com diatas perkongsian info. Lawati laman web tertera untuk pelbagai lagi maklumat yang menarik dan berguna.



Wednesday, December 8, 2010

Hantu-Mitos Orang Melayu






Apabila kita berbicara soal hantu, sering digambarkan di dalam filem atau drama di layar perak bahawa hantu adalah merujuk kepada satu entiti (istilah yang membawa maksud satu objek yang nyata dan bisa dibezakan dengan objek lainnya) yang menyeramkan, dan menakutkan mata yang memandang. Sedari kecil kita sudah diasuh dan disumbatkan dengan fakta-fakta dari generasi terdahulu, sehingga ada yang mengandaikan bahawa hantu adalah satu golongan yang lain (selain dari manusia, malaikat, dan jin).Lalu wujudlah pelbagai jenis gelaran dan nama-nama yang direka khas untuk membezakan jenis-jenis hantu ini tadi mengikut ciri-ciri fizikalnya.


Hantu yang dimaksudkan adalah semata-mata jelmaan dari jin yang menyerupai sesuatu yang menyeramkan dan digeruni oleh manusia, dengan niat untuk memesongkan akidah dan kepercayaan manusia terutama yang Muslim. Kita kerap dengar tentang manusia (Muslim) yang bertemu hantu (Jin), tetapi jarang sekali kita dengar (ada tetapi kurang jika dibandingkan dengan cerita Muslim yang melihat hantu/jin) bangsa atau pengganut agama lain yang bertemunya. Jawapannya mudah sekali. Mereka itu telah sesat, jika difikirkan logik akal tidak perlu lagi makhluk ini berusaha keras untuk memesongkan mereka yang sedia sesat.


Firman Allah S.W.T dalam Al-Quran:


“Tidak Aku ciptakan jin dan Manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku.” 
Surah Adz –Dzariyat Ayat 56


"Katakanlah: Telah diwahyukan kepadaku bahawa sekumpulan jin telah mendengarkan, lalu mereka berkata: Sesungguhnya kami telah mendengarkan al-Qur’an yang menakjubkan.Memberi petunjuk kepada jalan yang benar, lalu kami beriman kepadanya. Dan kami tidak akan mempersekutukan seorang pun dengan Rab (Tuhan) kami."
Surah Al-Jinn Ayat 1 dan 2.


Di dalam Al-Quran Allah telah menjelaskan secara terperinci tentang penciptaan  jin. Dan tidak ada langsung di dalam Al-Quran atau mana-mana kitab dan hadis sahih sekali pun yang menyebut tentang asal-usul kejadian hantu ini. Yang kerap disebut di dalam Al-Quran hanyalah tentang MANUSIA, MALAIKAT, JIN, SYAITAN dan IBLIS LAKNATULLAH. Malaikat adalah makhluk Allah yang tercipta dari 'Nur' yakni cahaya, manakala Iblis Laknatullah adalah tergolong dari kalangan jin yang telah dilaknat oleh Allah kerana keengganannya sujud kepada Adam A.S sebagai khalifah di muka bumi, dan syaitan pula adalah konco-konco yakni pengikut kepada Iblis.


Tidak seperti Iblis dan syaitan (yang semuanya berada dalam kesesatan yang nyata) jin tergolong kepada 2 golongan iaitu yang kafir dan yang Islam. Dan jin telah dicipta terlebih dahulu sebelum penciptaan Adam A.S. 


Firman Allah S.W.T dalam Al-Quran:


"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat yang kering, yang berasal dari tanah kental yang berubah warna dan baunya. Dan jin pula, Kami jadikan dia sebelum itu dari angin api yang panasnya menyerap ke liang bulu roma."
Surah Al-Hijr Ayat 26-27.


Dari ayat diatas kita dapatlah simpulkan bahawa jin telah wujud sebelum kedatangan manusia. Dan seperti juga manusia mereka dikurniakan dengan ilmu dan kepandaian mereka sendiri (hingga mampu mengubah rupa fizikal kepada yang lain). Setakat ini saja dahulu, akan disentuh dalam artikel-artikel akan datang. Wallahualam.



Monday, December 6, 2010

Kisah Khalifah Umar -Al-Khattab Menahan Bebelan Isterinya





Dikisahkan, pada zaman Saidina Umar Al-Khattab, terdapat satu pasangan suami isteri yang selalu bertengkar, berpunca dari tabiat sang isteri yang terlalu kuat membebel terhadap suaminya, tidak kira sama ada ketika dia memasak, ketika masa lapang, atau pun ketika melakukan rutin-rutin harian.Sehinggalah si suami tidak dapat menahan kesabaran lagi mendengar leteran sang isteri saban hari dan ketika, lalu si suami memarahi isterinya.Sang isteri pula tidak hanya berdiam diri ketika dimarahi, lalu berlakukan pergaduhan dan pertengkaran hampir saban hari.

Pada suatu hari, si suami merasakan keadaan rumah tangga mereka sudah tidak aman lagi, dan si suami memutuskan untuk berjumpa dengan Khalifah Umar Al-Khattab dengan niat untuk mendapatkan tips atau nasihat dari beliau, bagaimana cara untuk mengatasi masalah tabiat isterinya yang suka membebel di samping untuk mengadu kelakuan isterinya kepada Khalifah Umar Al-Khattab.

Setibanya dia dia rumah Khalifah Umar Al-Khattab, si suami tadi mendengar suara isteri Khalifah Umar Al-Khattab sedang membebel kepada beliau.Tetapi tidak pula kedengaran suara Khalifah Umar menjawab.Bila mendapati isteri Khalifah Umar pun mempunyai tabiat yang sama, dan mengenangkan Khalifah Umar yg mengalami nasib yang serupa dengan dirinya, si suami membatalkan saja hasratnya untuk bertemu Khalifah Umar untuk mengadu hal rumah tangganya.Ketika si suami tadi berpaling untuk pulang, tiba-tiba Khalifah Umar memanggilnya dan bertanya, "Apa hajat kamu datang kemari?"

Lalu si suami tadi menjawab, "Tujuan aku kemari untuk mengadu hal isteri ku yang kuat membebel, tapi bila mendapati dirimu juga mengalami nasib yang sama, lantas aku batalkan saja hasratku."

Mendengar jawapan dari si suami itu Khalifah Umar tersenyum lalu menjawab, "Tidak patut sekiranya aku tidak bersabar dengan kerenahnya. Bukankah dia telah memasak, membasuh pakaian untukku, menyabung nyawa melahirkan zuriat-zuriatku, membesarkan anak-anakku, dan tempat aku mendapat hajatku?Sabarlah, kerana sesungguhnya keadaan itu tidak lama.Pasti akan pulih sendiri."

Begitulah hebatnya peribadi seorang insan yang mulia disisi Allah dan Rasul, seorang panglima yang sangat digeruni di medan peperangan dalam menegakkan panji Islam, tetapi demi kasih kepada isterinya dan untuk mengekalkan keamanan rumahtangga, beliau sanggup berdiam diri dan bersabar melayan kerenah isterinya.Wallahualam





Thursday, November 11, 2010

Hukum Simpan Misai?



Assalamualaikum dan salam sejahtera.


Kali ini kita berbicara tentang satu topik yang menjadi kemusykilan dan tanda tanya dikalangan umat Islam umumnya dan Melayu khususnya iaitu seperti tajuk di atas.Izinkan saya berbicara secara tidak formal disini supaya lebih mudah dan jelas perkongsian pendapat ini, dan maksud saya tercapai.Setahu saya, hukum menyimpan misai adalah harus tetapi sunat didandankan sehingga nampak kulit bibir dalam masa 40 hari.Ini adalah kerana sabit dari dalil-dalil hadis Rasulullah S.A.W. seperti yang dibawah:


“Dari Nafi’ dari Ibnu Umar ra. berkata: Telah bersabda Rasulullah
Shallalahu ‘alaihi wassalam : ” Bezakanlah kalian dengan orang-orang
musyrik, iaitu banyakkanlah janggutmu dan nipiskanlah kumis atau misaimu”.


Diriwayatkan pula oleh keduanya, dari Abdullah bin Umar R.A :"Nipiskanlah
kumis kalian dan biarkan janggut kalian tumbuh”, dalam suatu riwayat
lain: Cukurlah kumis kalian dan biarkan tumbuh janggut kalian".



Adapun perintah untuk menyelisihi orang-orang musyrik, sebagaimana
dijelaskan oleh hadits dari Abi Hurairah ra:
“Sesungguhnya orang musyrik itu mereka membiarkan kumis tumbuh dan
mencukur janggut mereka. Maka bezakanlah dengan mereka, iaitu
biarkanlah janggut kalian tumbuh dan cukurlah kumis kalian”.




Dari Abu Hurairah juga diriwayatkan oleh Muslim: Rasulullah S.A.W bersabda: “Bezakanlah kalian dengan orang-orang majusi, karena sesungguhnya mereka memendekkan janggut dan memanjangkan kumisnya”.
Ibnu Hibban meriwayatkan dari Ibnu Umar ra , dia berkata :
“Rasulullah shallalahu ‘alaihi wassalam telah menyebutkan tentang orang-
orang majusi. Beliau bersabda: ‘Sesungguhnya mereka memanjangkan kumis
dan mencukur janggut, maka bezakanlah kalian dengan mereka”. Lalu
beliau menampakkan pemotongan kumisnya kepadaku (Ibnu Umar).
Dari Abi Hurairah ra berkata: Telah bersabda Rasulullah
shallalahu ‘alaihi wassalam : Termasuk fitrah islam, memotong kumis dan
membiarkan janggut tumbuh. Sesungguhnya orang-orang majusi membiarkan
kumisnya dan mencukur janggutnya. Maka bezakanlah dengan mereka, iaitu
nipiskan kumis kalian dan biarkan tumbuh jenggot kalian”.
Di dalam shohih Muslim dari Ibnu Umar ra dari Nabi Shallalahu ‘alaihi
wassalam :
“Kami diperintah untuk menipiskan kumis dan membiarkan tumbuh janggut”.
Diriwayatkan pula oleh Muslim dari Abi Hurairah, bersabda Rasullulah S.A.W. : “Potonglah kumis kalian dan panjangkanlah/biarkanlah janggut kalian”.

Jadi secara jelasnya dapat kita perhatikan disini menyimpan misai (kumis) tidaklah bertentangan dari segi syarak kerana sesungguhnya ianya adalah sebahagian dari tubuh kita yang dicipta oleh Allah Azza Wajalla.Namun ditegaskan berkali-kali oleh junjungan mulia kita Nabi Muhammad S.A.W. dalam hadis-hadis sahih yang diriwayatkan oleh para sahabat, bahawa ada syarat atau panduan yang dapat kita ikuti.Bukankah kita disarankan supaya mengikut perbuatan dan cara hidup Rasulullah kerana baginda adalah sebaik-baik ikutan?Tepuk dada tanya iman.Wallahualam.





Perayaan Bukan Islam:Patutkah Kita Menyambutnya?







Assalamualaikum dan selamat sejahtera.


Dewasa ini kita sering mendengar pihak-pihak tertentu melaungkan slogan-slogan yang berbentuk penyatuan bangsa-bangsa di atas tiket satu negara (yang mana saya kira tidaklah bertentangan dengan hukum syarak, jika nawaitu sekadar hendak memastikan kerukunan dan kestabilan sesebuah negara).Seperti juga kebanyakan negara lain yang mempunyai berbilang bangsa, agama dan budaya, rakyat Malaysia turut menyambut pelbagai jenis perayaan.Tapi kita perlu ingat sebagai seorang mukmin, ada had dan garis panduan yang perlu kita patuhi di dalam kesibukan kita melaungkan slogan 'Satu Malaysia' ini.


Jawatankuasa Fatwa Majlis Kebangsaan Bagi Hal Ehwal Ugama Islam dalam muzakarahnya pada 1 dan 2 Oktober 1970 yang secara khusus menyentuh mengenai rumah ibadat telah memutuskan;

“Pembesar-pembesar Islam tidak boleh merasmi pembukaan rumah-rumah ibadat orang-orang bukan Islam kecuali difikirkan kalau tidak berbuat demikian akan mendatangkan perpecahan dan permusuhan kaum dengan syarat tidak menyertai upacara ibadat dengan mereka."


Pada dasarnya terdapat dua pandangan berbeza dari sudut hukum tentang orang Islam turut merayakan hari perayaan orang bukan Islam. Pandangan yang membenarkan orang Islam merayakan hari perayaan orang Islam adalah berdasarkan pandangan berikut:


i. Kekeliruan dari sudut hukum tentang merayakan hari perayaan agama lain atau dalan konteks masa kini “rumah terbuka nasional” adalah berpunca daripada fahaman yang kurang jelas terhadap maksud merayakan atau mengucapkan ucapan selamat hari kebesaran kaum lain itu. Jika maksud merayakan itu adalah ikut serta berhari raya, merelai kekufuran orang bukan Islam dan bermuamalah dengan mereka atas nama agama mereka ia adalah bercanggah dengan ajaran Islam.

Sebaliknya jika merayakan hari perayaan kaum lain sekadar hanya ikut bercuti pada hari itu atau menyertai perayaan mereka atas tujuan merapatkan perhubungan sesama manusia maka ia adalah diluar daripada konteks meraikan akidah mereka atau merelakan agama mereka. (Hukum Merayakan Perayaan Kaum-kaum Bukan Islam, Dr. Abdul Hayei bin Syukor, Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya)



ii. Menurut Dr. Ahmad al-Syarbashi seseorang Islam yang turut menyertai hari perayaan orang bukan Islam setelah memastikan majlis yang dihadiri itu tidak mengandungi perbuatan yang bercanggah dengan akidah atau upacara yang bercanggah dengan ajaran Islam seperti penyajian arak dan sebagainya (Dr Ahmad al-Syarbashi, Yas`alunaka Fid Din Walhayah, hal 390, jilid 4, Darul Jail, Beirut).


Manakala Hukum yang melarang orang Islam turut merayakan perayaan orang bukan Islam berdasarkan pandangan berikut:


i. Abu al-Qasim Hibbatullah bin Al-Hussain bin Mansur al-Tabari berkata, tidak harus bagi orang Islam menghadiri perayaan orang bukan Islam kerana kemungkaran mereka. (Ibn Qayyim Al-Jauziyah, Ahkam Ahl al-Zimmah, jilid 1, hal 156, Dar al-Kutub al-Ilmiah, Beirut)


ii. Menurut Fatwa Lajnah Daaimah, kunjungan terhadap perayaan orang bukan Islam tidak boleh dilakukan kerana ia akan melibatkan orang yang melakukannya kepada dosa. (al-Syeikh Ahmad bin Abdul Razak, Fatawa al-Lujnah al-Da`imah lil Buhuth al-Ilmiah wal Ifta`, jilid 3, hal 436, Dar al-Muaiyyad, Riyadh)


Namun begitu setelah membaca beberapa artikel dan pelbagai pendapat beberapa ilmuan Islam, pada pandangan saya (sekadar pendangan peribadi , tidak semestinya tepat) kita boleh menghadiri jemputan perayaan orang bukan Islam namun ada garis panduan yang perlu kita tepati, antaranya:


Majlis tersebut tidak disertakan dengan upacara-upacara yang bertentangan dengan akidah Islam.
Maksud “bertentangan dengan akidah Islam” ialah sesuatu perkara, perbuatan, perkataan atau keadaan yang jika dilakukan menyebabkan tercemarnya akidah umat Islam.



Contohnya:

i. menyertakan simbul-simbul agama seperti salib, memasang lampu, lilin, pokok krismas dan sebagainya.

ii. menyanyikan lagu-lagu bercirikan agama.

iii. meletakkan apa-apa tanda bercirikan agama pada dahi, atau tanda-tanda lain pada anggota tubuh.

iv. memberikan ucapan atau isyarat yang berbentuk pujian kepada agama orang bukan Islam.

v. tunduk atau melakukan perbuatan seolah-olah menghormati upacara agama orang bukan Islam.



Majlis tersebut tidak disertakan dengan perbuatan yang bertentangan dengan syarak.Maksud “bertentangan dengan syarak” ialah sesuatu perkara, perbuatan, perkataan atau keadaan yang jika dilakukan akan bertentangan dengan ajaran Islam yang diamalkan oleh masyarakat Islam.


Contohnya:

i. Memakai pakaian bewarna merah seperti santa claus atau pakaian lain yang melambangkan agama

ii. Menghidangkan minuman atau makanan yang memabukkan dan seumpamanya

iii. Mengadakan bunyi-bunyian atau hiasan seperti loceng gereja, pokok krismas, kuil atau memecah kelapa

iv. Mengadakan acara yang berunsur perjudian, penyembahan, pemujaan, khurafat dan sebagainya.



Majlis tersebut tidak disertakan dengan “perbuatan yang bercanggah dengan pembinaan akhlak dan budaya masyarakat Islam” di negara ini.Maksud “bercanggah dengan pembinaan akhlak dan budaya masyarakat Islam” ialah sesuatu perkara, perbuatan, perkataan atau keadaan yang jika dilakukan akan bertentangan dengan nilai dan norma kehidupan masyarakat Islam Negara ini yang berpegang kepada ajaran Islam berdasarkan ahli sunnah wal jamaah.


Contohnya:

i. Percampuran bebas tanpa batas dan adab sopan

ii. Berpakaian yang menjolok mata

iii. Mendendangkan lagu-lagu yang mempunyai senikata berunsur lucah serta pemujaan;

iv. Mengadakan program seperti pertandingan ratu cantik, laga ayam dan sebagainya.
Majlis tersebut tidak disertakan dengan perbuatan yang boleh “menyentuh sensitiviti masyarakat Islam”.Maksud “menyentuh sensitiviti masyarakat Islam” ialah sesuatu perkara, perbuatan, perkataan atau keadaan yang jika dilakukan akan menyingung perasaan umat Islam tentang kepercayaan dan amalan mereka.


Contohnya:

i. Ucapan-ucapan atau nyanyian berbentuk dakyah keagamaan bukan Islam

ii. Ucapan-ucapan yang menghina umat Islam

iii. Ucapan-ucapan yang menghina agama Islam

iv. Persembahan yang bertujuan mempersendakan pegangan agama masyarakat Islam.

Sabda Rasulullah S.A.W:


من تشبه بقوم فهو منهم     

“Sesiapa yang menyerupai sesuatu kaum maka dia termasuk dalam kaum tersebut.”
                                                                                                                                       ( Riwayat Abu Daud)


من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو مردود

“Sesiapa yang mengamalkan perkara yang bukan dari pada amalan kami maka ia akan ditolak.”
                                                                                                                                       (Riwayat al-Bukhari dan Muslim)

Kesimpulan yang dapat kita rumuskan disini, kita dibolehkan sekadar 'meraikan' perayaan sahabat handal dari kalangan bukan Islam dan saya tidak langsung bermaksud kita perlu BAN atau ANTI kepada sambutan perayaan mereka, TIDAK SAMA SEKALI kerana agama Islam tidak mengajar kepada permusuhan kaum, sedangkan negara Islam Madinah suatu ketika dulu berdiri di atas dua agama dan bangsa yang berbeza yakni Islam (ansar dan muhajirin) dan kaum yahudi ketika itu.Apa yang saya mahu kemukan kan disini ialah setiap perkara yang kita lakukan, perlulah berpada-pada dan jangan lari dari landasan Islam sebenar.Perlu diingat dalam Islam dianjurkan perpaduan tetapi ada batasannya, tidaklah sampai mencemarkan 'roh' Islam itu sendiri.Wallahualam.
Sehingga bertemu lagi, Wassalam.

Sumber rujukan:
al-Syeikh Ahmad bin Abdul Razak, Fatawa al-Lujnah al-Da`imah lil Buhuth al-Ilmiah wal Ifta`, jilid 3, hal 436, Dar al-Muaiyyad, Riyadh)
Ibn Qayyim Al-Jauziyah, Ahkam Ahl al-Zimmah, jilid 1, hal 156, Dar al-Kutub al-Ilmiah, Beirut
Dr Ahmad al-Syarbashi, Yas`alunaka Fid Din Walhayah, hal 390, jilid 4, Darul Jail, Beirut
Hukum Merayakan Perayaan Kaum-kaum Bukan Islam, Dr. Abdul Hayei bin Syukor, Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya